Perbanyak Shalawat di Bulan Kelahiran Sang Insan Teladan

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.
Kaum Muslimin dan seluruh sahabat spezhuro yang di rahmati Allah Subhanahu Wata’ala.
Alhamdulillah saat kita berada di bulan Rabi’ul Awwal, bulan dimana Rasulullah shallallahhu ‘alaihi wasallam dilahirkan dengan penuh kemuliaannya. Seluruh ummat Muslim tatkala ditanya “apakah kamu cinta kepada Rasulullah Muhammad?”, pasti semuanya akan menjawab tentu saja cinta. Namun ketika ditanya “apakah sudah meneladani akhlak-akhlak Rasulullah?”, mungkin ada yang merasa malu untuk menjawab sudah meneladani, termasuk saya (penulis) yang masih banyak kekurangan dalam meneladani Beliau Rasulullah Muhammad shallallahhu ‘alaihi wasallam.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 56 sebagai berikut :
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya : “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” [QS. Al-Ahzab : 56]
Kaum Muslimin dan seluruh sahabat spezhuro yang dirahmati Allah, terdapat dua poin besar yang bisa dipahami dari ayat di atas, yakni :
- Pertama, Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
- Kedua, adanya perintah bagi orang-orang mukmin untuk bershalawat dan bersalam kepada beliau.
Dari kedua poin besar itu kemudian lahir beberapa pertanyaan di antaranya: Apa makna shalawat yang berasal dari Allah, para malaikat dan orang-orang mukmin?. Bila shalawat memiliki makna dasar berdoa sebagaimana dijelaskan di atas, maka apa maksud Allah bershalawat kepada Nabi?, apakah Allah mendoakan beliau?, bila iya, lalu Allah berdoa kepada siapa?. Bila Allah telah bershalawat kepada Nabi, lalu apa faedah shalawatnya para malaikat dan faedahnya orang-orang mukmin juga diperintah untuk bershalawat?. Tidakkah shalawat-Nya Allah sudah lebih dari cukup sehingga tak dibutuhkan lagi dari selain-Nya?.
Dalam hal ini Imam Al-Qurtubi di dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa shalawatnya Allah kepada Nabi Muhammad berarti rahmat dan keridhoan-Nya kepada beliau. Sedangkan shalawatnya para malaikat berarti doa dan permohonan ampun (istighfar) mereka bagi Rasulullah. Adapun shalawatnya umat beliau merupakan doa dan pengagungan terhadap kedudukan Rasulullah Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam (Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâmil Qur’ân, Kairo, Darul Hadis, 2010, jil. VII, hal. 523). Makna-makna ini tidak saja disampaikan oleh Al-Qurthubi tapi juga oleh para mufassir di dalam berbagai kitab mereka.
Diperintahkannya orang-orang mukmin bershalawat kepada Nabi selain untuk mengagungkan beliau juga dimaksudkan agar shalawat menjadi sarana bagi mereka untuk mendapatkan pahala dan anugerah dari Allah yang berlimpah ruah. Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda :
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى الله عَلَيْهِ عَشْرًا
Artinya: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” [HR. Bukhari wa Muslim]
Orang yang mendapat shalawat dari Allah berarti dia mendapatkan anugerah yang sangat besar dari-Nya. Hal ini bisa dipahami setidaknya dari ekspresi Rasulullah ketika diberitahu malaikat Jibril perihal orang yang bershalawat kepada Nabi akan mendapat sepuluh shalawat dari Allah. Saat itu Rasulullah seketika bersujud sangat lama sekali sebagai rasa syukur bahwa umatnya mendapat anugerah yang begitu besar dari Allah hanya dengan bershalawat sekali saja.
Dengan demikian sesungguhnya yang membutuhkan shalawat bukanlah diri Rasulullah, namun umat beliau. Sebab ketika seseorang bershalawat kepadanya maka ia akan mendapatkan limpahan anugerah dari shalawatnya itu. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab: 21).
Akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah untuk terciptanya sebuah ketenteraman, kebahagian dan kesejahteraan hidup seluruh makhluk di seluruh dunia hingga akhirat. Kita sebagai umatnya yang mengaku cinta kepadanya sudah sepantasnya untuk terus bersolawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Semoga seluruh sahabat spezhuro senantiasa gemar mengumandangkan shalawat kepada Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam dan tidak merasa berat untuk meneladani akhlak-akhlak beliau sebagai manifestasi rasa cinta dan keteladanan kepada Beliau Nabiyullah Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam khususnya di bulan Rabi’ul Awwal ini.
Totalitas bershalawat, tanpa batas dalam meneladani Rasulullah serta mumtaz beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.
Semarang, 5 Rabi’ul Awwal 1446H - 9 September 2024 M
Penulis
Muhammad Haris, S.Pd.I
Mu’allim SMPTQ Pangeran Diponegoro